
10. Dunia Dalam Berita
Pada jaman jumlah stasiun tipi masih bisa dihitung dengan jari satu tangan, ada
acara yang berita yang wajib direlay (disiarkan berbarengan) oleh semua stasiun
televisi lainnya (sehingga tidak ada pilihan acara lain di tipi). Dunia dalam
berita tidak seperti acara berita sekarang yang menampilkan penyiar yang geulis
dan lincah membawakan berita. Jaman itu dunia dalam berita dibawakan oleh ibu
ibu bersanggul dan berita dibacakan dengan nada suara yang tidak lebih
menarik dari iklan roncar. Acara ini juga entah sengaja atau tidak juga
dijadikan pertanda bagi orang tua di seluruh Indonesia untuk menyuruh anak
anaknya pergi ke tempat tidur. Karena penayangannya selalu dilakukan pukul
9 malam, dunia dalam berita selalu memotong tayangan film film favorit
(jaman itu namanya layar emas) dan menggesernya ke selepas dunia dalam berita,
UGHH…… lebih menyebalkannya, kadang setelah dunia dalam berita ada acara acara
kenegaraan yang disiarkan sak enak udele(tanpa ada pemberitahuan sebelumnya).
Kewajiban merelay dunia dalam berita berhenti pasca reformasi dimana TVRI sudah
bukan lagi instansi penyiaran yang acaranya wajib direlay stasiun lain.
9. Dihukum Guru
Guru yang memiliki tugas sebagai pendidik kadang memaksa peran ini menjadi
tokoh antagonis dengan memberikan hukuman jika kita tidak menurut. Walaupun
bertujuan baik, hukuman ini dilakukan dengan cara mempermalukan, membuat kapok
dan kadang menimbulkan dendam kusumat membara yang terbawa sampai mati…..ups
gak sampai segitunya kali. Hukuman hukuman yang diberikan rasanya sebenarnya
cukup kreatif, dari menyetrap murid sambil berdiri satu kaki didepan kelas,
menyuruh menulis tegak bersambung di papan tulis sampai 500 kali atau bahkan
bersihkan kelas pada saat teman teman asyik bermain atau pulang. Yang jelas
dihukum guru itu menyebalkan, walaupun kalau diingat pasti memunculkan kenangan
tersendiri…hehehe
8. Film Seri yang Putus di Tengah Jalan
Entah kebiasaan biadab ini apa masih sering dilakukan oleh Stasiun Televisi,
tahun 90 an sering sekali ada film seri favorit yang putus di tengah jalan.
Bagi yang dulu mengikuti film seri Saint Seiya (yang putus di Poseidon
Arc) dan Knight Rider (putus di episode Don) pasti ingat betapa
menyebalkannya hal ini. Rumornya film seri yang putus ini disebabkan oleh Departemen
Penerangan yang tidak berkenan dengan kekerasan yang (dianggap) berlebihan.
Apapun alasannya yang jelas memutus film ditengah jalan jelas bukan cara untuk
memberikan kenangan masa kecil menyenangkan bagi setiap anak bangsa.
7. Pembagian Rapor
Ups…mau rapotan nih, harus siap dimarahi kalau rapornya jelek. Pada tahun 90an
rapotan tidak dilakukan setiap semester (6 bulan sekali) tapi setiap catur
wulan (4 bulan sekali). Artinya siapapun yang sekolah di negeri ini akan
menghadapi 3 kali sport jantung setahun. Terror rapotan ini begitu mengena bagi
para dedengkot (sebutan kita bagi teman yang tidak naik kelas) karena
hasil dari raport ini selalu memberikan alasan bagi orang tua rekan kita ini
untuk memberikan hukuman pasti tidak menyenangkan. Untung saja, mulai tahun
2000 an pembagian raport dilakukan setiap semester sehingga terror ini
berkurang dari 3 kali menjadi 2 kali setahun.
6. Ujian Mencongak Mendadak
Ayo anak anak kita ujian mencongak mendadak !!. Kalimat yang mudah
diucapkan itu selalu menjadi semacam momok yang tidak mudah dilupakan oleh
setiap murid. Berbeda dari ujian biasa dimana kita menghadapi lembar ujian dan
kemewahan waktu dan strategi untuk menegerjakan soal, dalam ujian mencongak
setiap soal dibacakan oleh guru dan jawaban harus segera dituliskan ke dalam
kertas jawaban. Dengan metode mencongak, murid biasanya tidak diberikan waktu
yang cukup untuk mencatat soal, hanya menuliskan jawabannya saja. Kelemahan
metode ini sebenarnya ada pada cara mengkoreksi jawabannya, dengan menugaskan
koreksi ke murid sebangku / seberang bangku kita ada kesempatan untuk
janjian dengan murid yang mengkoreksi jawaban kita. Ujian mencongak
mendadak sendiri bertujuan mulia yaitu menjadikan guru tahu seberapa baik
penyerapan dari materi yang sudah diajarkan.
5. Pergi di hari Minggu Pagi
Di jaman dimana tidak ada hiburan yang lebih menarik dari kartun di minggu pagi
(jaman itu sabtu belum libur), pergi keluar rumah di minggu pagi adalah salah
satu hal yang tidak disukai oleh anak anakyang tumbuh di tahun 90 an.
Nah…Karena orang tua juga membutuhkan refreshing maka biasanya ada
semacam perjanjian tidak tertulis antara kita dengan orang tua mengenai kapan
mulai bisa keluar rumah di hari minggu.
4. Upacara Bendera
Di jaman orde baru yang agak totaliter dan militeristik, upacara bendera adalah
salah satu kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap warga negara, tidak
terkecuali anak sekolah. Tidak seperti sekarang dimana upacara bendera hanya
dilakukan pada acara khusus seperti hari kemerdekaan dan kesaktian pancasila,
pada orde baru upacara bendera dilakukan setiap hari senin dan hampir semua
instansi melakukannya. Untuk murid sebenarnya upacara ini cukup menyebalkan
karena mengharuskan kita untuk membawa topi, rapi dan bersepatu pantovel
Overdosis upacara ini sebenarnya ada baiknya karena dengan upacara ini banyak
instansi pemerintah yang sudah aktif melayani jam 8 pagi.
3. Pinjem Pulpen gak Balik
Salah satu hal menyebalkan pada saat sekolah adalah adanya teman yang tidak pernah
mengembalikan alat tulis yang dipinjam, baik itu ballpoint atau pensil. Selidik
punya selidik ternyata kebanyakan teman yang tidak pernah mengembalikan
ballpoint itu tidak pernah bawa alat tulis sama sekali dari rumah….ugh.
Kebiasaan buruk ini mempunyai beberapa variasi yang mengarah ke kriminal yaitu MIB
(maling isi bolpen)atau yang lebih kentara yaitu menukar ballpoint yang
isinya habis (biasanya bermerk faster). Lebih sebalnya walaupun ballpoint bisa
kembali, seringnya sudah pernah jatuh sehingga tidak enak dipakai untuk
menulis.
2. Razia Guru
Pada tahun 90 an razia yang paling ditakuti tidak dilakukan oleh polisi (maklum
belum bawa motor) tapi oleh guru, biasanya guru BP.Dengan cara bongkar bongkar
tas, petugas razia yang budiman ini mencari barang barang yang dianggap tidak
ada kaitannya dengan belajar mengajar, seperti mainan yoyo, komik, majalah
hai, tamagochi, gameboy dan gimbot atau menegakkan aturan sekolah seperti
mengenai rambut panjang, seragam dan sepatu. Tidak seperti razia jaman sekarang
yang nampaknya lebih serius (karena berhubungan dengan tawuran), di jaman itu
hampir semua razia berakhir dengan damai, yaitu barang dikembalikan asalkan
janji tidak dibawa lagi.
1. Mengolok olok Nama Orang Tua
Hal yang paling menyebalkan pada tahun 90an adalah mengolok olok nama orang
tua. Entah apakah sekarang kebiasaan ini sudah berhenti, yang jelas menyebut
nama orang tua ini masih dilakukan pada tahun 90an.
Menyebut nama bapak : pada tingkat ini kita dipanggil dengan nama bapak,
walaupun terdengar biasa saja, mendengar nama bapak disebutkan menggantikan
nama kita tentu akan sangat menyebalkan.
Menyebut nama bapak dan diasosiasikan dengan hal hal bernama sama/mirip dengan
nama ayah, contoh : dulu salah satu teman penulis bernama “pak baru”, setiap
kali ada kata kata “baru” disebutkan oleh guru satu kelas pasti riuh
Menyebut nama ibu : yang paling parah dari kebiasaan ini adalah jika nama ibu
juga ikut disebut, pada tahap ini biasanya diikuti dengan berkelahi, minimal meso
meso lah
Saking parahnya kebiasaan ini, kadang ada teman yang lebih diingat dengan nama
bapaknya daripada namanya sendiri. Moga moga anak anak kita nanti tidak
melanjutkan kebiasaan menyebalkan ini.
Title : 10 Hal Menyebalkan Jika Hidup Di Era 90-an
Description : 10. Dunia Dalam Berita Pada jaman jumlah stasiun tipi masih bisa dihitung dengan jari satu tangan, ada acara yang berita yang wajib...